Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2013

#ForeverAloneTrip

"ngerandom yuk!" Dua kata ini kayanya udah lama banget gue denger. Tapi sejauh ini, gue belum pernah ikutan ngerandom sama orang yang ngajakin. Biasanya sih karena pas banget bentrok sama janji lain, atau guenya lagi ga mood. Tapi bukan berarti gue ga pernah ngerandom. Sering banget malah. Besoknya uas, gue malah jalan ke margo, muter-muter dari bawah sampai atas, terus pulang. Atau tiba-tiba pengen beli satu barang (ya, satu barang) dan harus naik krl ke jakarta, yaudah gue langsung pergi. Atau, abis dari tempat magang gue pengen jalan kaki, yaudah gue jalan kaki. Kadang nyangkut di ratu plaza, kadang nyangkut di fx, pacific place, dan juga pernah jalan kaki sampai stasiun sudirman. Dari PU ke stasiun sudirman jauh lho.. Atau lagi, cuma pengen ikut acara di atamerica atau ada pesta HUT DKI. Kalau gue lagi mood, ada duit, lagi ga ada acara, ya gue langsung ke tkp.. Tapi, ya itu. Gue keseringan jalan sendiri </3 No. Gue sih ga masalah sendiri. Enakan sendiri sih, kalau m

random thought

belakangan ini sering muterin lagunya Yiruma yang "Because I Love You". Terus kepikiran, enak kali ya punya suami kaya Yiruma, pinter main piano, lagunya enak didenger. Apalagi kalau lagi hujan, duduk deket jendela. Atau lagi sendiri di kamar, background sound nya suara hujan. Atau kaya scene di twilight, waktu si edward main piano di ruangan penuh cahaya, terus gue ngeliatin.. haah ngayal aja ghin! ngayaalll

K2N

Tahun 2011, kak dika nyeritain pengalamannya ikut K2N. Hari itu juga gue bertekad buat nyoba daftar K2N tahun depan dan jadi salah satu target yang harus capai sebelum lulus kuliah. Well, kenapa gue segitu pengennya ikut K2N ini? Beda dengan kampus-kampus lain, K2N di UI ga jadi satu kewajiban dan hanya orang-orang terpilih yang bisa ikut kegiatan pengabdian ini. Tempatnya? Hoo.. Garis terluar Indonesia! Tapi sayang sekali, tahun lalu ada mata kuliah mps-amp-mpa dan ada turun lapangan penelitian bulan Juni tahun lalu. Temen-temen gue di GC, rahmat-ema-ican, lolos dan gue semakin memantapkan diri buat daftar K2N tahun ini. Sayang, tahun ini gue ada mata kuliah magang.. Well, gue tetep ngirimin esai. Kalaupun emang lulus gue bisa nunda magang ke semester depan. Oh, tahun ini tujuan K2Nnya ke maluku dan papua. Maluku dan papua! World knows both are heavens in Indonesia. And I am not just talking about Papua-papua. But Raja Ampat-Papua!! Sampai akhirnya, waktu nelpon mamapapa (biasa, anak

Jum'at

Jum'at kemarin adalah hari gue ngumpul kelompok akot makalah uas sama Rina dan Siska. Sebelumnya gue ke perpus pusat buat nyari buku yang berhubungan sama tata ruang kota karena pengen nyari teori perencanaan kota, yang ga ada di seksi 300, ilmu-ilmu sosial. Buku yang gue cari itu nomor 711, di bagian atas, berjejer sama buku-buku arsitektur lainnya. Hha. Baru kali itu gue nyari buku di bagian itu. Dan gue langsung inget papa. Setelah ngambil 4 buku yang ntah memberi informasi tentang teori perencanaan kota atau tidak, gue balik ke bawah, ke tempat Feni dan Rahmat yang masih nulis surat untuk anak-anak K2N-nya. Well, gue bisa aja langsung pergi ke MBRC buat nemuin Siska dan Rina buat ngomongin makalah akot yang sebenernya udah stuck beberapa hari. Kita mau bahas Kartamantul a.k.a kerjasama antar wilayah Yogyakarta-Sleman-Bantul dan berhubung kita hanya mengandalkan artikel online, data yang didapat ga cukup untuk menggambarkan kondisi Kartamantul secara umum. Tapi, gue ga langsun

Air

Sampai sekarang gue merasa belum bisa memberi label ke diri sendiri sebagai "doer" lingkungan, terutama dalam usaha penghematan air. Why? Well, satu-satunya usaha penghematan air yang udah gue lakukan adalah.. Jarang mandi. No, jangan nilai gue dengan tatapan aneh gitu. Maksudnya, kalau cuaca emang lagi dingin, lagi ga kemana-mana (terutama weekend, jarang ada yang ngajakin jalan. Maklum, jombs. Oke, ini melenceng), atau emang ga keringetan, gue ga akan mandi. Jorok? Menurut gue sih ga.. Prioritas gue di sini mau nunjukin kontribusi dan kepedulian terhadap air. Lebih baik ga mandi daripada pakai air berliter-liter padahal badan ga kotor-kotor amat. Tapi, yah. Cuma itu usaha gue.. Maaf kalo kalimat-kalimat berikutnya bikin kalian bergidik. Tapi, berhubung kosan gue ga pakai kloset flush, setiap abis "buang air", gue juga buang banyak air untuk mengenyahkan sisa-sisa sekresi dan ekskresi itu. Yaah, gue takut kalau kamar mandi bersama (yang pake gue, laura, sama kak

Memori Jean

"well, kamu tau aku kehilangan semua ingatanku dulu.." "iya, tapi aku penasaran dengan twitter dan facebook kamu dulu. Aku yakin kamu punya akun sosial sebelumnya." "itu dia yang ga pernah aku tau. Aku masih punya laptopku dulu, tidak ada password, tapi semua datanya kosong. History browsing, cookie, cache di browser aku kosong. Seolah aku yang masa lalu sengaja melakukan itu." "ya, aku juga mendengar ga ada seorang pun dari keluargamu yang memberi tahu apa yang terjadi saat itu. Dan kamu pindah ke kalimantan dan memulai hidup baru di sana, bekerja, dan ditempatkan di ibukota.." "ya, herannya aku ga pernah protes. Seolah ada bagian diriku yang justru bahagia karena aku ga ingat apapun. Tapi tadi, waktu aku ketemu mereka yang ngaku temanku dulu, ada yang.. Kamu tau perasaan aneh seperti kejutan listrik? Aku merasakan itu, di jantungku. Dan sekarang aku ingin tahu, benar-benar ingin tahu luka apa yang pernah ada waktu itu." "jea

Hujan turun

Hujan turun, basahi bumi, basahi dedaunan pohon, basahi tanah yang kering, dan basahi aku. Hujan turun, dengan hymne yang sama setiap kali dia datang. Hujan turun, namun kali ini hanya berteman dengan dingin, angin dan petir tak ikut. Nanti saja, katanya. Hujan turun, manusia berteduh, hewan bersembunyi. Hanya aku dan dedaunan yang menyambutnya. Hujan turun, siap mendengar semua rutukan, kekesalan, suka, dan duka manusia. Hujan turun, dan aku siap dengan ceritaku. Hujan turun, membawaku jauh ke benakku, membantu mencari ketenanganku dulu, yang terhimpit sesak pilu gumpalan gelisah, terkubur dalam himpunan resah, tergerus jauh oleh gelombang ketakutan. Hujan turun. Daun basah, tanah basah, aku basah. Hujan turun. Pohon menyerap airnya. Tanah menyimpan airnya. Dan aku meluruhkan sebagian resahku bersamanya. Hujan turun, sampaikan pamit dan berjanji akan kembali, ntah kapan. Hujan berhenti.

The art of killing a feeling

Gue ga mau bilang ini postingan galau, lebih ke.. Dilema. Oke, why in the world ghina is in dilemma? Well, gue lagi suka sama orang, dan imajinasi gue bikin gue makin tergila-gila sama orang ini. Nah! Itu dia. Imajinasi gue!! Gue emang suka berimajinasi. Selama ini gue ga ada masalah sama imajinasi-imajinasi gue. Mimpi-mimpi gue jadi lebih keren dan dramatis setiap gue tidur. Laura juga ngakuin kalau imajinasi-imajinasi gue berlebihan gegara gue terlalu sering nonton film. Mimpi gue bahkan udah kaya film. Hahaha. Tapii, gue nyerah kalau imajinasi ini udah mulai mempengaruhi kehidupan nyata gue, karena ujung-ujungnya pasti sakit. Imajinasi gue bikin gue terlampau banyak berharap, dan gue tau itu ga baik buat gue. Ga sehat. Tapi, di sisi lain gue juga, enjoy the time of having a crush. Udah lama gue ga ngerasain naksir sama orang sampe kepikiran tiap hari, kebawa mimpi, dan pengen ketemu tiap saat. Sekarang akhirnya ngerasain, antara seneng dan kesel. Seneng akhirnya ga ngerasa hampa,

shocking. shaking.

I think I never had a shock before, you know, when your body is uncontrollably shaking for some reasons. But last night.. last night.. When I got a phone call from dad's number but ami's voice was over there, telling me that my younger brother's been arrested for having drugs and the the person who called and talked to dad asked for money. What shocked me first is, I cant believe that my brother would have such things, yes he's smoking and recalcitrant, but.. That was just unbelievable. He's having his final next week. this is just.. shocking. My body started shaking hearing my mom crying next to ami. But the next thing happened is Ajif came home, safely, without drugs, and ami, and my mom were like, started to scream "dad, daad". And then hung up the phone. I became more shocked. My brain started to imagine things, horrible, very horrible things and my body was shaking, like, uncontrollably shaking. Shocked, I got out the room and went to kak dina's

menikah

apa? menikah? hahahah bukaan. gue bukan mau nikah. cuma tadi lagi ngobrol bareng temen kosan dan pembicaraan berakhir ke topik ini (selalu. ngomongin apapun ujung-ujungnya pasti sampai ke topik ini. huft) Jadi, seperti biasa kalau ada dua orang atau lebih lagi ngumpul di ruang makan, biasanya anak kosan lain ikutan keluar dan ikutan ngobrol. Tapi kebetulan tadi, setelah gue sama laura selesai makan (ramyun. ya, gue lagi-lagi tergoda buat makan mie. lemah!) dan kak dina selesai nyuci baju (tiga ember mbaksiss) kita duduk dan mulai ngomongin banyak hal. mulai dari bergunjing, bikin rencana (baca: wacana) jalan-jalan, daan.... berakhir ke kegalauan gue, perempuan 20 tahun dan tidak pernah pacaran, yang pengen cepet-cepet nikah. kak din: kenapa sih, pengen cepet-cepet nikah? yang lain tuh abis kuliah pengen kerja dulu..  kakak, kak cimot, kak dika (dulu satu kosan, setelah mereka kerja ga di sini lagi.. huhu) justru mikirin kerja dulu gue: ya dalam pikiran aku karir gampang kak, gamp

procastination

gue udah janji sama diri sendiri ga bakal posting hal lain kalo belum selesai nyeritain not a traveler story sampai selesai. tapi ya, namanya juga ghina. pertahanannya gampang runtuh, kaya kemaren yang 3 kali berturut-turut digoda akhirnya luluh juga, sampai kebablasan malah di godaan ketiga.. ah yaudahlah, gue juga ga mau nyeritain itu. ntar aja kalo udah keliatan hasilnya.. (loh, ini apa?) oke, jadi selasa di semester 6 ini jadi identik sama.. hari kuliah paling "tertugas". apa itu "tertugas"? yah itu cuma istilah yang gue bikin-bikin aja, soalnya matkul perbandingan administrasi negara sama administrasi lingkungan punya jadwal yang jelas di minggu ke berapa aja harus presentasi, diskusi, atau bikin review. administrasi lingkungan sih oke, buat sesuatu yang gue suka gue rela dikasih banyak tantangan. tapi, perbandingan adm negara? well, jawaban gue 50:50.. 50% merasa tertantang (serius, ghin?) dan 50% merasa... ugh. asik sih, kita kebagian tugas buat nyari da

not a traveler story (part 4)

day 4. the next morning, I woke up and realized that I will go to Wonosobo. So, a couple of days before I went to Purbalingga, my mps-amp-mpa's classmates, Cori and Fathiya, came to my dorm because Cori wanted to lend my hat. Cori planned to spend her holiday in Jogjakarta and Wonosobo, and Fathiya would also join later at Wonosobo with FSI's group. Where did they sleep? At Ossa's big family house's. They wanted to go to Dieng, a famous place in Wonosobo. There are Telaga Warna (Pond Warna), Kawah Sikidang (Sikidang Carter), Candi Arjuna (Temple  Arjuna ), and many more. Seriously, there are so many places that you can visit while you were there. When they came, they did ask me whether I wanted to join them in Wonosobo or not. I said I'd love to, but I could not decide at that time. Well, after arriving at Yogyakarta, I decided to go to Wonosobo, because I knew Retno still had exams and I did want to go to Dieng, so.. HERE I COME WONOSOBO!! Cori was still at Yog

not a traveler story (part 3)

day 3. Retno still had finals when I decided to stay at her house. When she asked where would I go today, I said that I am okay to walk around UGM, her campus. So, after she dropped me at Civil Engineering's parking lot, I went around her campus.. engineering monument (tugu teknik) a road to engineering faculty's motorcycle parking. I got lost here HA! I was surprised that the faculty of engineering is close to faculty of medicine. I came here just in case I could find a hot doctor to refresh my eyes :p faculty of forestry. I like being here somehow. they got their own forest, and I hear beautiful voices from the forest. so peaceful.. a bridge to faculty of veterinary medicine faculty of veterinary medicine faculty of social and political science. we've got one too at university of indonesia.. :)) re-cy-cle! after wandering around for 2 hours (I started at 8 a.m., finished at 10 a.m.), I went back to engineering facul

not a traveler story (part 2)

day 2. The next morning, most of us still loved to cover ourselves under the blanket. We were so tired but we had to get ready because we were going to Prambanan Temple and Ratu Boko Temple. It took about.. 7 hours trip from Purbalingga to Prambanan Temple. Before we left, we were amazed by the view of mount Slamet, because Purbalingga lies at the foot of mount Slamet. Oh, we found something interesting along our way. You see, there are many artificial things in Purbalingga. Artificial hair, artificial eyelashes, even artificial nails! So, when we passed Banyumas, there were so many signs labeled "original". Original food, original chips, original snacks, and so on, and so on. The driver made a joke about this saying, "Well, everything is original here, nothing is artificial.." Hahaha, get it? no? okay... After a loong journey, passing through cities, rice fields, forests, and alternative roads, we arrived at Prambanan Temple! Yeay! I remembered the first tim

not a traveler story (part 1)

So, remember how I complained about my last holiday? Well, this holiday, I've got an amazing journey. It all started when I accepted Sakti's offer about being Negara on Study's (NOS) crew to Purbalingga and Yogyakarta. We planned to visit the government's office and did some social project in one of Purbalingga's village. Sunday night, around 8 p.m., our bus were set to Purbalingga. Sure we stopped at some rest areas to pray and get food and loo thingy, and we arrived at Purbalingga around 4.15 a.m.! Well that was quite fast because I thought it would be a long journey like the previous NOS to Solo (yea well of course it took a long time to go to Solo..). After Subuh prayer, we checked in to the hotel and my roommates were Ifa (again, yeay), Chintia, and Adel. We took a rest and went to the government office at.. around 9? or was it 10 a.m.? heh, I forgot. :p We went to the Purbalingga's government office because we wanted to learn how Purbalingga succeeded